Yang menarik adalah jika kita melihat pertumbuhan market capital dari JSMR, Waskita (WSKT) dan Pakuwon (PWON). Pada 2013 market cap JSMR sudah di sekitaran Rp 30-40T sedangkan WSKT dan PWON masih di sekitar Rp 5-10T dan Rp 10-20T. Tapi pada saat ini, market cap WSKT dan PWON diatas market cap JSMR. Apa penyebabnya?

Salah satu yang bisa jadi alasannya adalah pertumbuhan net income. Net income JSMR stagnan di sekitar Rp 1.3-1.5T (TTM) baru pada kuarter kedua tahun ini JSMR mencetak net income tertinggi sejak 2013. Sebaliknya PWON dan WSKT sejak 2013 net income-nya hampir selalu naik dari tahun ke tahun.

Sedangkan secara PBV JSMR pada saat ini relatif murah dibanding WSKT dan PWON ataupun saham lain dengan market cap Rp 20-40T dan juga jika melihat histori PBV JSMR sendiri.


Lalu seperti yang kita tau, pemerintah sedang menggiatkan pembangunan infrastruktur salah satunya jalan tol, sebagai BUMN, JSMR menjadi garda terdepan untuk membangun jalan tol. Pertanyaannya apakah JSMR mampu secara finansial? Untuk berekspansi, masih ada cukup ruang untuk JSMR setelah penerbitan Right Issue (RI) untuk menerbitkan obligasi atau mencari hutang, meskipun DER terus naik tetapi secara Interest Coverage Ratio (ICR) JSMR masih aman (di atas 1x). JSMR juga bisa mencari dana untuk berekspansi dengan menjualan kepemilikan minoritas di konsensi jalan tol ataupun menerbitkan Efek Beragun Aset (EBA), opsi penerbitan EBA ini sempat muncul pada tahun 2004 tetapi tidak ada berita kelanjutannya. Asumsi kasar, DER saat ini 1.8x, jika ekuitas tetap maka JSMR masih bisa menerbitkan obligasi atau hutang sampai kurang lebih Rp 9T dan DER akan ada di posisi 2.5x, seharusnya masih cukup aman untuk perusahaan sekelas JSMR. Sedangkan per Q2 2016 hak pengusahaan jalan tol JSMR senilai Rp 28T, jika JSMR menjual 20% dari hak pengusahan tersebut maka masih bisa mendapat sekitar Rp 5.5T.

Lalu bagaimana dengan valuasi JSMR? Jika melihat pada PBV saja, mean PBV selama 3 tahun adalah 4x. Jika sekarang PBV JSMR 4x maka harga berada di sekitar Rp 6,400.
Jadi apakah ada peluang untuk JSMR mencapai harga Rp 6,400 itu? Jawabannya: tentu saja, ditargetkan per 2019, panjang jalan tol yang dikelola JSMR mencapai 986 km dan tidak menutup kemungkinan untuk bertambah. 2019 sendiri akhir jabatan Jokowi-JK, jika Jokowi bisa menjabat 2 periode maka mungkin 2024 panjang jalan tol JSMR bisa menjadi 2000km :p
Sesuai dengan judul, selain JSMR sebagai “bargain stock” juga “relatively safe stock”. Kenapa? Karena apapun yang terjadi orang pasti menggunakan produk JSMR yaitu jalan tol bahkan di saat salah satu periode terburuk negara ini (1997-1998) seperti ditunjukan chart di bawah. Seperti kata Buffett “Only buy something that you’d be perfectly happy to hold if the market shut down for 10 years“.
Disclosure: Penulis mempunyai saham JSMR
Analisa perusahaan saya yang lain:
Waskita Karya – The Integrated Construction Company
Indah Kiat Pulp & Paper – Promising or Not?
Adira Dinamika Multi Finance: Dividend Play
6 Reasons To Buy Ultrajaya (ULTJ)
Analisa lain terkait JSMR:
Jasa Marga Menjelang Right Issue: Peluang! – Teguh Hidayat
9M 2016 Update
Laba bersih JSMR per 9M 2016 naik dari Rp 830 M menjadi Rp 1.2 T atau 48.3% yoy, sedangkan pendapatan naik dari Rp 6.2 T menjadi Rp 10.7 T atau 71.5% yoy. Tetapi gross margin turun dari 36.2% menjadi hanya 28%, untungnya net margin tidak terlalu turun dari 13.3% menjadi 11.5%. Berikut valuasi JSMR menggunakan data laporan keuangan per 9M 2016.
