Kita sudah cukup sering mendengar yang namanya dividend yield, yaitu jumlah dividend yang dibagikan perusahaan dibagi dengan kapitalisasi pasar dari perusahaan tersebut. Tapi, mungkin hanya sedikit yang tau atau pernah mendengar yang namanya shareholder yield. Lalu apa itu shareholder yield?
Shareholder yield adalah dividend yield ditambah dengan net buyback yield ditambah lagi net debt paydown yield. Dividend yield seperti sudah disebut di atas adalah dividend yang dibagikan perusahaan dibagi dengan kapitalisasi pasar dari perusahaan tersebut. Lalu net buyback yield adalah jumlah saham yang dibeli kembali (buyback) dibagi dengan kapitalisasi pasar dalam satu tahun terakhir, atau jika perusahaan tersebut juga menerbitkan saham baru maka jumlah buyback dikurangi jumlah penerbitan saham baru dibagi dengan kapitalisasi pasar. Net debt paydown yield adalah jumlah pembayaran utang (bunga + principal) dibagi dengan kapitalisasi pasar. Tambahkan ketiga yield tersebut maka dapatlah shareholder yield.
Terus, buat apa sih shareholder yield? Ide dari shareholder yield sendiri adalah untuk kita mengetahui kemampuan perusahaan memberikan cash return kepada shareholdernya diliat dari pembayaran dividend, buyback ataupun membayar utang. Semakin tinggi shareholder yield maka semakin baik kemampuan perusahaan tersebut untuk memberikan cash return ke shareholdernya.
Sebagai gambaran, jika perusahaan X mempunyai dividend yield sebesar 2%, buyback yield 0% dan net debt paydown yield sebesar 2% maka shareholder yield perusahaan tersebut adalah 4%.
Shareholder yield ini adalah pengembangan dari yield investing. Apa itu yield investing? Yield investing adalah kita invest pada perusahaan dengan dividend yield yang tinggi. Tapi kadang di beberapa negara, sangat sulit untuk mencari saham perusahaan dengan dividend yield yang cukup menjanjikan. Lalu muncul ide shareholder yield ini, jadi semakin banyak pilihan perusahaan yang bisa untuk kita invest. Tentu dengan beberapa pertimbangan lainnya.
Lalu bagaimana performa return kita jika kita menggunakan strategi shareholder yield ini? Dibawah adalah performanya di Amerika Serikat. (Belum menemukan hasil untuk Indonesia)


Bisa dilihat bahwa dengan menggunakan strategi shareholder yield di AS bisa outperform S&P500 lebih dari 4% dari 1982-2011 dengan drawdown yang lebih rendah dan sharpe ratio yang lebih baik.
Beberapa contoh penghitungan shareholder yield di Indonesia.
Gudang Garam (GGRM), Indofood Sukses Makmur (INDF) dan Jasa Marga (JSMR) mempunyai dividend yield yang relatif rendah, 1.19%, 3.09% dan 0.8%. Ketiganya sepengetahuan saya tidak ada buyback saham sepanjang 2015. Mari kita hitung dari JSMR, per April 2016, kapitalisasi pasar JSMR adalah Rp 36.3 T, pada 2015, JSMR mempunyai beban keuangan (utang bank, obligasi dan lembaga keuangan lain bukan bank) sebesar Rp 1.4 T, yang berarti net debt paydown yield JSMR adalah Rp 1.4 T dibagi dengan Rp 36.3 T, hasilnya adalah 3.8%. Jika ditambah dengan dividend yield JSMR maka shareholder yieldnya adalah 4.6%. Lalu untuk GGRM dan INDF, net debt paydown yield masing-masing adalah 1.1% dan 2.4% sehingga shareholder yield untuk masing-masing emiten adalah 2.29% dan 5.49%.